Jumat, 28 November 2008

press release 2

KUNJUNGAN KERJA PRESIDEN RI DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONOMENGHADIRISIDANG MAJELIS UMUM PBB KE-62/2007
NEW YORK, 23-27SEPTEMBER 2007


Presiden RI telah mengadakan kunjungan kerja selama lima hari ke New York, tanggal 23-27 September 2007 untuk menghadiri serangkaian pertemuan multilateral PBB, yaitu : High Level Event on Climate Change, memimpin pertemuan Special Leaders Meeting on Climate Change, serta menghadiri KTT Dewan Keamanan PBB mengenai situasi keamanan di Afrika. Presiden Yudhoyono juga telah mengadakan pertemuan bilateral dengan delapan kepala negara/kepala pemerintahan dan tiga pimpinan organisasi internasional. Kedelapan pimpinan negara dan organisasi tersebut adalah Perdana Menteri Iraq, Perdana Menteri Denmark, Perdana Menteri Tuki, Presiden Brazil, Presiden Bank Dunia, Presiden Nigeria, Perdana Menteri Belanda, Sekretaris Jenderal PBB, Direktur Jenderal International Labour Organization (ILO), Presiden Iran, dan Presiden Palestina.
Selama di New York, Presiden Yudhoyono juga memberikan sambutan dalam Kampanye Millennium Development Goals bersama sejumlah pemimpin dunia.
PERTEMUAN MULTILATERAL
• High Level Event on Climate ChangePertemuan bertemakan “The future in our hands: addressing the leadership challenge of climate change”. Pertemuan tingkat tinggi di bidang perubahan iklim ini merupakan yang pertama kali diselenggarakan di PBB dan dihadiri oleh 68 Kepala Negara/Pemerintahan serta lebih dari 100 pejabat setingkat menteri.
Penyelenggaraan pertemuan dimaksudkan untuk menggalang dukungan politis bagi pertemuan COP ke-13 UNFCC dan MOP ke-3 Kyoto Protocol. Pertemuan tersebut meliputi empat pleno tematik, yaitu: adaptation, mitigation, technology dan financing yang berlangsung secara simultan. Presiden Yudhoyono menyampaikan statement serta mendampingi Sekjen PBB dan memberikan sambutan penutup pertemuan tersebut. Selain itu, setelah acara High Level berakhir, Presiden juga berkehormatan memberikan press briefing bersama Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dan Ketua UNFCCC.
Dalam pembahasan tematik, Presiden Yudhoyono menjadi pembicara kedua dalam pleno tematik mitigation bertemakan ”reducing emissions and stabilizing the climate-safeguarding our common future.” Presiden Yudhoyono menegaskan tingginya komitmen Indonesia untuk mengatasi tantangan perubahan iklim. Presiden juga menekankan perlunya suatu paradigma perubahan iklim yang baru, di mana negara maju dapat memberikan insentif lebih besar, dan negara berkembang harus memberikan kontribusi dalam upaya terutama di bidang mitigasi dan adaptasi. Presiden lebih lanjut mengharapkan terselenggaranya CoP-13 (Conference of Parties 13) di Bali bulan Desember mendatang dapat menghasilkan suatu Roadmap Post Kyoto, yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam menurunkan emisi.
• Side Event “Global Voices on Climate Change”
Presiden Yudhoyono menjadi co-host bersama PM Polandia, PM Denmark dan Menlu Kenya selaku ketua COP/MOP (present and incoming), dan memberikan sambutan pada acara yang dimaksudkan untuk mendengar pandangan berbagai stakeholder non-pemerintah di bidang perubahan iklim. Acara tersebut dihadiri Mantan Wapres AS, Al Gore; Gubernur Kalifornia, Arnold Schwarzeneger; dan Anni Wu, CEO perusahaan dari Cina menjadi pembicara tamu pada acara side event tersebut. Event ini dihadiri 40 Kepala Negara/Pemerintahan, 9 Deputi Perdana Menteri dan Wakil Presiden, serta 70 Menteri.
Acara Side Event tersebut diselenggarakan untuk memberikan sinyal kuat bahwa seluruh Presiden UNFCCC periode 2006-2009 memiliki komitmen yang kuat di bidang lingkungan dan perubahan iklim. Dalam sambutannya, Presiden menekankan bahwa masyarakat internasional harus mampu bekerjasama menghasilkan kerangka pasca Kyoto yang “ambisius namun kreatif, progresif namun efektif”. Presiden berharap serangkaian pertemuan mendatang di Bali, Polandia dan Denmark dapat menghasilkan momentum yang kuat ke arah tercapainya hal tersebut.
• Special Leaders Meeting of Tropical Rainforest Countries
Atas prakarsa dan undangan Presiden RI, telah diselenggarakan Special Leaders Meeting of Tropical Rainforest Countries di gedung PBB, di sela-sela High Level Meeting on Climate Change. Maksud pertemuan tersebut adalah untuk menggalang peran kolektif negara-negara pemilik hutan hujan tropis yang mempunyai posisi sangat strategis dalam upaya global mengurangi efek gas rumah kaca.Pertemuan tersebut yang semula direncanakan dihadiri oleh delapan negara kemudian berkembang menjadi sebelas negara : Brazil, Kamerun, Costa Rica, Republik Congo, Gabon, Indonesia, Malaysia, Papua New Guinea, Peru dan Kolombia. Keikutsertaan Brazil memberikan nilai tambah bagi pertemuan ini.
Pertemuan menghasilkan dokumen berupa Joint Statement yang pada pokoknya berisi komitmen negara-negara pemilik hutan tropis untuk meningkatkan kerja sama dalam penanganan pengelolaan hutan secara berkelanjutan, dan dalam mengatasi dampak perubahan iklim, serta perlunya upaya bersama untuk memastikan bahwa isu kehutanan mendapat perhatian yang sepantasnya dan menjadi bagian yang integral dalam kerangka dalam pasca-Protokol Kyoto.
Pertemuan ini penting karena diselenggarakan hanya sekitar dua bulan sebelum COP-13/MOP di Bali bulan Desember mendatang.
• Sidang Majelis Umum PBB ke-62
Dalam Sidang Umum PBB ke-62 yang bertemakan Responding to Climate Change, Presiden Yudhoyono menjadi pembicara pada hari pertama urutan ke-7. Dalam statementnya, Presiden memberikan penekanan sebagai berikut:
a. Prinsip “common but differentiated responsibilities” harus dilaksanakan sesuai fondasi dasar prinsip dalam UNFCCC. Selain negara-negara maju, negara-negara berkembang juga dapat berperan serta dalam rangka menurunkan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim ekstrim.
b. Diperlukan strategi nasional yang mengacu pada isu mitigasi dan adaptasi, sambil memperluas insentif karbon rendah.
c. Menegaskan komitmen Indonesia terhadap beberapa proyek kerjasama kehutanan dan lingkungan hidup di tingkat internasional, antara lain: “Heart of Borneo”,“Coral Triangle initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security”.
d. Pentingnya keterlibatan para pemangku kepentingan di bidang lingkungan hidup untuk berpartisipasi dalam COP-13 UNFCCC di Bali bulan Desember mendatang. Untuk itu Presiden mengundang mereka untuk mengikuti pertemuan tersebut.
Dalam pembahasan selama debat SMU PBB ke-62, kelihatan sekali bahwa perhatian dan harapan yang sangat besar terhadap konferensi Bali bulan Desember mendatang, yang dirujuk oleh seluruh pembicara dalam sesi tersebut.
• KTT Dewan Keamanan PBB
KTT DK di bawah presidensi Perancis bertemakan “Africa and the Challenges to International Peace and Security”. KTT tersebut diselenggarakan untuk memperkuat mobilisasi masyarakat internasional dan meningkatkan kerja sama dengan wakil-wakil Uni Afrika dalam memetakan langkah-langkah nyata menghadapi berbagai tantangan perdamaian dan keamanan di Afrika di masa depan. Pertemuan puncak ini dihadiri oleh anggota DK PBB, Sekjen PBB, Ketua Komisi Uni Afrika, dan kepala negara/pemerintahan atau menlu dari para negara anggota DK PBB.
Presiden menyampaikan statement pada urutan ke-4, dan di dalam statementnya tersebut Presiden memberikan penekanan sebagai berikut:
a. Perdamaian dan keamanan dapat sustainable bila sumber konflik dihilangkan. Penyelesaian tantangan ekonomi, sosial dan politik dapat dilakukan melalalui peningkatan kerja sama antar kawasan yang fondasinya sudah diletakkan oleh KAA 1955.
b. Pemerintah Indonesia aktif membantu UN Peacekeeping via Kontingen Garuda di Congo, Liberia, Mozambique, Namibia, Sierra Leone, Somali dan Sudan.
c. Terkait konflik Darfur, Pemerintah Indonesia mendesak semua pihak terkait melaksanakan kesepakatan yang ada dan mengadakan dialog.
d. Penegasan bagi pentingnya tiga prinsip dalam hubungan internasional, yaitu consent, upaya preventif dan tanggung jawab DK PBB dalam memulihkan perdamaian dan keamanan dunia, dan bila diperlukan DK PBB dapat bekerja sama dengan organisasi regional.
PERTEMUAN BILATERAL
Sebagaimana biasanya, Presiden memanfaatkan kehadiran dalam pertemuan akbar tahunan di New York untuk mengadakan pertemuan bilateral dengan pimpinan negara sahabat dan ketua organisasi internasional.
Dalam serangkaian pertemuan bilateral tersebut, Presiden juga menggalang dukungan bagi kesuksesan konferensi mengenai perubahan iklim di Bali, Desember 2007.
Tanggal 24 September 2007
Pertemuan bilateral dengan PM Denmark, Anders Forge Rasmussen, membahas mengenai kerja sama bidang energy, serta kesepakatan untuk menjaga konsultasi diplomatik Indonesia dan Denmark sebagai Presiden COP/MOP untuk mensukseskan upaya dunia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Dalam pertemuan bilateral dengan PM Iraq, Nouri Al Maliki, Presiden Yudhoyono mendengar penjelasan langsung mengenai situasi politik dan keamanan di Irak serta prospek perekonomian Irak. Presiden menegaskan dukungan RI terhadap proses demokratisasi, stabilitas nasional, perdamaian dan keutuhan wilayah Irak. Dibahas pula mengenai kemungkinan pembukaan kembali kedubes RI di Irak.
Pertemuan dengan PM Turki, Recep Tayyep Erdogan membahas peningkatan kerja sama di antara negara-negara berkembang melalui forum Developing 8, yang pada saat ini diketuai oleh Indonesia. Mengenai hubungan bilateral, kedua pemimpin sepakat dibahas mengenai komisi bersama kerja sama ekonomi dan teknik serta dialog antar agama/kebudayaan.
Tanggal 25 September 2007
Dalam pertemuan dengan Presiden Brasilia, Luiz Inacio Lula da Silva, Presiden memberikan apresasi atas dukungan Brazil terhadap proses Special Leaders Meeting on Tropical Rainforest Countries perlu mendapat insentif dan kompensasi yang lebih memadai dari negara-negara industry maju.
Dalam pertemuan dengan Presiden Bank Dunia, Robert B. Zoellick, dibahas berbagai isu yang menjadi kepentingan bersama, termasuk kemitraan strategis Bank Dunia di Indonesia, inisiatif StAR (Stolen Asset Recovery/Pengembalian Aset yang Dicuri), yang baru diluncurkan bersama oleh Kantor PBB untuk Masalah Obat-obat Terlarang dan Kriminal (UNODC) dan Bank Dunia, dan peran kepemimpinan Indonesia di bidang perubahan iklim. (Joint Announcement terlampir)
Pertemuan dengan Presiden Nigeria, Umaru Musa Yar’Adua, merupakan pertemuan perkenalan, dan membahas potensi kerja sama ekonomi dan kerja sama energi antara kedua negara.
Dalam pertemuan dengan PM Belanda, Jan Balkenende, kedua belah pihak menekankan perlunya diselesaikan Joint Declaration on Comprehensive Partnership antara kedua negara guna lebih meningkatkan hubungan ekonomi dan perdagangan. PM Balkenende juga menyampaikan undangan kepada Presiden RI untuk mengunjungi Belanda.
Dalam pertemuan dengan Sekjen PBB, Ban Ki-moon, Presiden menerima apresiasi atas peran dan kontribusi positif Indonesia bagi pemeliharaan perdamaian dan keamanan dunia. Selain itu, pertemuan juga membahas penguatan kerja sama antara ASEAN dan PBB.
Presiden juga berkesempatan untuk bertemu dengan tokoh masyarakat Indonesia dalam acara buka puasa bersama di KJRI New York.
Tanggal 26 September 2007-09-27
Pertemuan dengan Dirjen ILO, N. Juan Somavia membahas berbagai upaya peningkatan kerja sama praktis bagi perlindungan hak-hak pekerja migran. Pada pertemuan tersebut Presiden menjelaskan besarnya perhatian Pemerintah Indonesia terhadap masalah perlindungan buruh migran Indonesia yang totalnya mencapai dua juta orang di luar negeri. Presiden juga menyambut baik gagasan agar ILO dapat membantu meningkatkan capacity building bagi serikat buruh Indonesia. Pertemuan dengan Presiden Palestina, Mahmud Abbas membahas situasi dan perkembangan terakhir di Palestina. Atas nama pemerintah dan rakyat Indonesia, Presiden Yudhoyono menyatakan kembali dukungan penuh terhadap perjuangan rakyat Palestina untuk merdeka. Presiden Mahmud Abbas meminta Indonesai untuk dapat berpartisipasi dalam konferensi internasional mengeai perdamaian Timur-Tengah yang direncanakan akan diadakan bulan November.
Dalam pertemuan dengan Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Yudhoyono menegaskan pentingnya dikedepankan upaya diplomasi dan negosiasi sebagai solusi terhadap penyelesaian internasional, termasuk program nuklir Iran. Kesepakatan yang baru-baru ini dicapai antara Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) dengan pemerintah Iran disambut baik oleh Presiden Yudhoyono. Pada kesempatan tersebut, Presiden Yudhoyono mengungkapkan harapan agar pemerintah Iran dapat terus bekerjasama dan memberikan akses yang seluas-luasnya pada para inspektur IAEA selaku satu-satunya badan internasional yang independen agar masalah nuklir Iran dapat diselesaikan dengan damai.
Pada tanggal 26 September 2007, Presiden Yudhoyono menghadiri acara ”The Launching of the Global Business Plan for MDGs 4&5” yang merupakan prakarsa PM Norwegia Jens Stoltenberg. (MDGS 4 & 5 adalah mengurangi angka kematian balita sebanyak half dan kematian ibu karena kehamilan sebanyak dua pertiga pada tahun 2015) Dalam acara peluncuran tersebut, Presiden menyampaikan sambutan dan menekankan pentingnya pencapaian target MDGs untuk masa depan umat manusia. Presiden juga memberikan penjelasan mengenai kebijakan nasional Indonesia dalam sektor kesehatan khususnya dalam pencapaian MDGs 4 & 5.
Dalam konteks tersebut, Presiden menjelaskan program Posyandu yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia yang terbukti telah membuat masa kehamilan para ibu Indonesia menjadi lebih aman. Selain itu, Pemerintah juga meluncurkan asuransi kesehatan dan program peningkatan pendapatan bagi keluarga miskin yang telah memberikan manfaat bagi kehidupan sekitar 76,4 juta rakyat Indonesia. Untuk pencapaian target MDGs ke-4 dan ke-5, dalam tiga tahun terakhir ini, Pemerintah telah meningkatkan anggaran nasional hingga tiga kali lipat bagi pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup, hal mana anggaran dalam sektor kesehatan telah meningkat sekitar tiga kali lipat.
Presiden Yudhoyono merupakan satu-satunya kepala negara dari Asia yang menghadiri acara ini.
Presiden RI meninggalkan New York menuju Jakarta siang hari tanggal 27 September 2007. Sementara itu, Presiden telah mengirim delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Menneg Lingkungan Hidup dan Prof. Emil Salim untuk menghadiri pertemuan Major Economies Meeting on climate change di Washington DC tanggal 27 September 2007.
Selama berada di New York, Presiden Yudhoyono dan Ibu Negara tetap menjalankan ibadah puasa.

Tidak ada komentar: