Rabu, 26 November 2008

Advetorial 1

Sadarkah anda bahwa belakangan ini anda sering menemui artikel-artikel aneh dalam media-media cetak motor, katakanlah Motor Plus, Otomotif, dan sebangsanya? Aneh ini dalam artian memiliki layout, font, dan detil-detil lain yang berbeda dengan artikel lainnya dalam majalah tersebut. Artikel-artikel tersebut tidak jarang menyita setengah halaman dan bahkan terkadang satu halaman penuh. Menariknya bila sudut atas halaman tersebut diperhatikan, anda akan menemukan sebuah kata:”advetorial”.

Jreeengg, tak lain dan tak bukan, itu adalah artikel iklan” yang dibuat oleh suatu instansi khusus biasanya produsen suatu produk untuk memasarkan produknya. Memang bila kita membaca artikel-artikel semacam ini, kita jarang akan menemukan nada-nada yang berbau persuasif, tapi bila kita membaca lebih lanjut, jelas hanya satu fokus yang dibahas, ya produk yang diklankan tentunya.

Kenapa tidak berbau persuasif seperti iklan pada umumnya? Ini hanya dugaan saya, tapi kira-kira begini. Bila advetorial menggunakan kata-kata yang cenderung persuasif, misi terselubung dibalik artikel ini akan terungkap jelas, dan ada kemungkinan orang akan segera menutup artikel tersebut.

Karena bentuknya artikel maka wajar saja bila isinya terkadang agak berat untuk ukuran iklan. Biasanya advetorial dipakai dengan sasaran pembaca yang lebih terpelajar. Maka dari itu kita akan jarang menemui advetorial di koran-koran “mesum”. Sudah jelas bukan?

Keunggulan dari artikel semacam ini? Well, terkadang yang namanya ilan visual tidak bisa memaparkan dengan detil apa yang menjadi pesan dari iklan tersebut. Misalkan saja visi-misi perusahaan. Tidak mungkin menggambarnya di kolom 10×10cm. Nah bila dituliskan akan lebih jelas.

Nah, bila kita melihat lebih lanjut, apa makna dibalik ini semua? Jelas, yang namanya media massa khususnya cetak saat ini dianggap memiliki peran yang vital dalam soal mendidik masyarakat. Sehingga para produsen mendompleng media demi “mendidik” pasar. Jelas bukan?

Namun terkadang kita menemui isu bahwa suatu media tidak menggunakan kekuatannya dalam mendidik masyarakat dengan benar. Alih-alih memberikan berita yang bergizi, malah menghidangkan artikel yang dibumbui oleh propaganda dan terkadang suap dari para produsen yang dijadikan bahan artikel. Nah kalau begitu apa jadinya masyarakat kita saat ini?

Semoga saja yang namanya media massa di Indonesia tidak sekedar jadi pelangkap derita yang berkepanjangan. Memang seharusnya mereka bisa menggerakan massa sehingga derita Indonesia segera berakhir.

Tidak ada komentar: